BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bahasa Arab merupakan salah satu mata
pelajaran wajib yang dipelajari oleh siswa di madrasah, mulai jenjang dasar
hingga jenjang menengah, yaitu mulai jenjang Madrasah Ibtidaiyyah (MI),
Madrasah Tsanawiyyah (MTs), hingga Madrasah Aliyah (MA). Posisi mata pelajaran Bahasa Arab
dalam kurikulum madrasah semacam ini di satu sisi menunjukkan betapa pentingnya
kedudukan Bahasa Arab dalam pendidikan di madrasah karena menjadi salah satu
mata pelajaran yang wajib dikuasai oleh siswa yang menempuh studi di madrasah.
Namun di sisi lain, berbagai permasalahan timbul seiring dengan berlangsungnya
proses pembelajaran Bahasa Arab di madrasah.
Diantara berbagai permasalahan yang
muncul dalam pembelajaran Bahasa Arab di madrasah dimaksud adalah kesulitan
guru dalam menciptakan suasana pembelajaran Bahasa Arab yang mampu membuat
siswa termotivasi untuk belajar Bahasa Arab. Salah satu persoalan yang dihadapi
oleh hampir setiap guru Bahasa Arab adalah adanya citra yang muncul di kalangan
siswa bahwa Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit
dan menakutkan selain mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Kondisi
semacam ini tentu saja berdampak buruk terhadap pembelajaran Bahasa Arab yang
diselenggarakan di kelas, terlebih lagi bila dirunut bagaimana hasil belajar
yang nantinya akan dihasilkan. Persoalan ini menjadi urgen untuk dicermati
karena tidak semua input siswa yang belajar di madrasah memiliki bekal memadai
untuk bisa belajar Bahasa Arab dengan baik, khususnya untuk dapat mengejar
target kompetensi maupun materi yang harus mereka miliki pada tiap jenjang
pendidikan.
Permasalahan rendahnya motivasi
siswa dalam belajar Bahasa Arab sebagaimana uraian di atas dijumpai pada hamper
setiap pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah. Sehubungan dengan adanya hal ini,
maka dipandang perlu dilakukan suatu kajian yang nantinya dapat memberikan
referensi atau berbagai alternatif pembelajaran yang diharapkan dapat lebih
membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar Bahasa Arab. Salah satu
bidang yang dipandang memungkinkan untuk dilakukan pengkajian adalah
pemanfaatan permainan dalam pembelajaran Bahasa Arab.( اللعب في تعليم اللغة العربية) Pemanfaatan
permainan dalam pembelajaran Bahasa Arab ini diharapkan dapat meningkatkan
minat dan motivasi belajar siswa. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa
terhadap mata pelajaran Bahasa Arab, diharapkan pembelajaran yang berlangsung
di kelas akan menjadi lebih berkualitas, sehingga pada akhirnya out put dari
pembelajaran yang berlangsung dapat menghasilkan kompetensi sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam Standar Isi pembelajaran Bahasa Arab.
Bertolak dari fakta tersebut, para
pakar pendidikan pada akhirnya mengakui perlunya pemanfaatan permainan sebagai
salah satu alternatif media pembelajaran atau sebagai alternatif teknik
pembelajaran. Dalam permainan, seseorang akan merasa terlibat dan terpanggil
untuk mengatasi kesulitan dan memecahkan masalah. Yang lebih penting lagi,
dalam permainan, seseorang akan memperoleh kesenangan, hal ini akan berdampak
positif terhadap aktifitas lain yang dilakukan. Adapun aktifitas yang dimaksud
di sini adalah kegiatan mengatasi dan memecahkan masalah akan berlangsung dalam
suasana keceriaan dan tanpa tekanan. Hal ini menunjukkan bahwa melalui
permainan, seseorang dapat bermain sambil belajar, atau sebaliknya dapat
belajar sambil bermain. Melalui permainan, pemerolehan informasi dan perubahan
tingkah laku dapat terjadi secara alamiah, tanpa tekanan dari pihak luar.
Sehingga makalah ini mencoba untuk sedikit membahas masalah yang berkenaan
dengan pembelajaran bahasa Arab berbasis permainan.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut
di atas, beberapa permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Arab yang dapat
diidentifikasi antara lain :
1.
Minat dan motivasi siswa dalam belajar
Bahasa Arab relatif masih rendah.
2.
Guru Bahasa Arab mengalami kesulitan
dalam memilih metode pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap
berbagai permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Arab tersebut di atas, maka
permasalahan utama yang akan diungkap dalam kajian ini dirumuskan sebagai
berikut :
1.
Bagaimana cara meningkatkan minat dan
motivasi belajar siswa dalam belajar Bahasa Arab?
2. Bagaimana memanfaatkan permainan dalam
pembelajaran Bahasa Arab?
3. Apa
saja permainan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Arab ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Prinsip-prinsip pengajaran Bahasa
Arab
Disini ada beberapa prinsip dalam
pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab dimana hal ini nanti akan juga agar
lebih memudahkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Diantaranya adalah PrinsipIPrioritas
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu; pertama, mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.[1]
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu; pertama, mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.[1]
1. Mendengar
dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis. Prinsip ini berangkat dari
asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan
perkembangan bahasa yang alami pada manusia, yaitu setiap anak akan mengawali
perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal
itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak harus lebih dulu dibina,
kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan
menulis.
2. Mengajarkan
kalimat sebelum mengajarkan bahasa. Dalam mengajarkan struktur kalimat,
sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat nahwu, baru kemudian
masalah struktur kata sharaf. Dalam mengajarkan kalimat jumlah sebaiknya
seorang guru memberikan hafalan teks atau bacaan yang mengandung kalimat
sederhana dan susunannya benar. Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa
Arab dapat memilih kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan
mengandung kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika kalimatnya
panjang hendaknya di penggal – penggal).
3. Dalam
tahap awal pembelajaran, siswa terlebih dahulu diperkenalkan dengan kosa kata
yang lebih akrab dalam sehari-hari. Hal ini bertujuan agar kata-kata tersebut
dapat dipergunakan secara langsung dalam percakapannya. Sehingga memudahkan
siswa untuk mengingatnya. Siswa terlebih dahulu di hadapkan dengan bahasa yang
di kenal sehari hari sebelum diperkenalkan dengan bahasa sesuai dengan penutur
aslinya., agar memudahkan siswa pada tahap berikutnya. Karena siswa sudah
terlebih dahulu diperkenalkan dengan bahasa yang akrab dengan kesehariannya,
maka akan mempermudah guru pada tahap perkanalan bahasa sesuai dengan penutur aslinya.
Dengan demikian proses pengenalan bahasa pada anak akan berjalan dengan sistematis.[2]
Berangkat dari beberapa prinsip
diatas maka Secara umum, memang pembelajaran bahasa, termasuk Bahasa Arab,
ditujukan untuk melatih empat keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan
menyimak (istima’), keterampilan berbicara (kalam), keterampilan
membaca (qira’ah), dan keterampilan menulis (kitabah).
Masing-masing keterampilan tersebut memiliki karakteristik dan juga target
pembelajaran yang berbeda, namun dalam proses pembelajaran, akan sulit
memisahkan antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, karena empat
keterampilan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran
bahasa. Dengan kata lain, tidak mungkin melatihkan satu keterampilan tertentu
tanpa melatihkan keterampilan yang lain, sekalipun keterampilan tersebut bukan
keterampilan yang akan dilatihkan. Sekalipun demikian, hal ini tidak perlu
menimbulkan kebingungan bagi guru yang akan menyelenggarakan pembelajaran Bahasa
Arab, karena situasi tersebut merupakan suatu situasi dan juga proses yang
alamiah, bahwa pada saat orang sedang berbahasa (ataupun belajar berbahasa),
maka seluruh aspek kebahasaan akan berperan dan saling menunjang dalam
aktivitas tersebut, antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lain.[3]
Berpijak pada
perbedaan tujuan akhir dari latihan keterampilan berbahasa Arab, maka proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas tentu memiliki fokusnya masing-masing,
sesuai dengan jenis keterampilan yang akan dilatihkan. Sehubungan dengan
pemanfaatan permainan dalam pembelajaran Bahasa Arab, berikut ini ditampilkan
beberapa bentuk permainan yang dapat dijadikan alternatif oleh guru dalam
memotivasi siswa dalam belajar.[4]
B. Permainan
Untuk Latihan Keterampilan Menyimak (Istima’)
Keterampilan menyimak (istima’)
merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang menggunakan kemampuan
indera pendengaran sebagai penopangnya. Latihan pengenalan ini sangat penting
dilakukan karena sistem tata bunyi bahasa Arab banyak memiliki perbedaan dengan
bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang telah dikenal oleh siswa.
Sekalipun latihan menyimak (istima’)
bertujuan melatih kemampuan siswa dalam mendengar, namun dalam praktiknya
selalu diikuti dengan latihan pengucapan (peniruan) dan juga latihan pemahaman.
Bahkan
latihan yang disebut terakhir inilah yang sesungguhnya menjadi tujuan akhir
latihan keterampilan menyimak (istima’). Ini berarti bahwa setelah siswa
mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, siswa
kemudian dilatih untuk mengucapkan dan memahami makna yang terkandung dalam
ujaran tersebut. Dengan semikian, pembelajaran keterampilan menyimak (istima’)
sekaligus melatih dasar-dasark kemampuan reseptif dan produktif.
Beberapa permainan bahasa yang dapat
digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak (istima’) antara lain
adalah permainan Apa Ini Apa Itu?; Lakukan Perintah; dan Teka-Teki. Adapun
prosedur dari beberapa permainan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa
Ini Apa Itu?
Tujuan :Melatih siswa menangkap makna kosa kata baru berdasarkan
konteks.
Prosedur :
·
Berikan waktu beberapa menit untuk
menulis deskripsi singkat suatu objek yang nanti harus ditebak oleh siswa yang
lain. Objek tersebut mempunyai kategori yang spesifik, misalnya binatang,
makanan, pakaian, ruang kelas, kamar tidur, dsb.
·
Deskripsi tersebut terdiri atas
empat kalimat, diawali dari yang paling umum menuju ke detil, sehingga dapat
ditebak.
·
Siswa diminta menebak objek secepat
mungkin, begitu suatu kalimat deskriptor diperdengarkan. Siswa yang dapat
menebak dengan benar setelah kalimat pertama diperdengarkan memperoleh skor.
Siswa yang memperoleh skor terbanyak adalah pemenangnya.[5]
2. Lakukan
Perintah
Tujuan :Melatih siswa memahami instruksi lisan.
Prosedur :
·
Guru menyiapkan sejumlah perintah
berantai.
·
Setiap siswa diberi tugas menyiapkan
perintah berantai dengan di beri contoh lebih dulu oleh guru.
·
Guru membacakan perintah berantai
yang telah disiapkan (dua kali).
·
Guru meminta seorang siswa melakukan
perintah tersebut.
·
Jika seorang siswa dapat mengerjakan
perintah tersebut dengan benar, ia berhak mengeluarkan perintah yang telah di
siapkan yang telah di siapkan untuk dikerjakan oleh siswa yang lainnya.
·
Jika siswa yang di tunjuk tidak
dapat mengerjakan dengan benar secara keselruhan, guru menawarkan kepada siswa
lainnya
·
Jika sejumlah siswa sudah maju,
namun belum ada yang mengerjakan dengan benar perintah terdebut di perdengarkan
lagi sehingga mereka dapat menemukan kekeliruannya.
3. Teka-Teki
Tujuan : Melatih siswa memahami pesan lisan
sederhana.
Prosedur :
·
Guru menyiapkan sejumlah teka-teki
beserta jawabannya.
·
Guru memperdengarkan salah satu
taka-teki yag telah disiapkan, baik menggunakan kaset maupun secara lisan.
C. Permainan
Untuk Latihan Keterampilan Berbicara (Kalam)
Keterampilan berbicara (kalam)
merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pembelajaran
bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk
membina saling pengertian dan komunikasi timbal balik dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya.[7]
Pembelajaran keterampilan berbicara
(kalam) di kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yaitu
antara pembicara dan pendengarnya secara timbal balik. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa latihan keterampilan berbicara (kalam) terlebih dahulu
harus didasari dengan kemampuan mendengarkan, kemampuan mengucapkan, dan
penguasaan relatif kosa kata serta ungkapan yang memungkinkan siswa dapat
mengkomunikasikan maksud, gagasan atau fikirannya.Diantaranya :
1. Berbicara
Spontan
Tujuan : Melatih siswa berbicara secara
spontan dalam bahasa Arab
Prosedur :
·
Guru menyiapkan sejumlah lipatan
kertas kecil. Pada tiap kertas ditulis suatu topik tertentu sesuai dengan
kemampuan, pengalaman, dan usia siswa.
·
Salah satu siswa diminta mengambil
satu lipatan kertas secara acak dan membaca topik yang tertulis dalam lipatan
kertas tersebut.
·
Siswa diminta langsung memulai
berbicara tentang topik tersebut (tanpa diberi kesempatan untuk menyiapkan
lebih dulu apa yang akan dibicarakannya).
·
Kesempatan berbicara tersebut diberi
alokasi waktu selama 3 – 5 menit.
·
Agar lebih memotivasi siswa, pembicaraan
mereka dapat direkam. Keuntungan perekaman ini adalah siswa dapat memutar dan
menyimak kembali pembicaraannya. Dengan demikian, siswa dapat berlatih
mengenali kemampuan dan sekaligus mengoreksi pembicaraan mereka.[8]
2. Gambar
Berilham
Tujuan : Mengembangkan kemahiran berdialog.
Prosedur :
·
Guru dan siswa membawa guntingan gambar
apa saja yang diambil dari majalah, koran, maupun sumber-sumber yang lain.
·
Guru memberi contoh dalam menggunakan
potongan-potongan gambar yang dibawa sebagai media dialog sebagaimana halnya
seorang dalang sedang mendialogkan wayang.
·
Guru meminta masing-masing siswa
mencoba mendialogkan gambar yang mereka bawa sebebas mungkin sesuai dengan
kemampuan mereka.
·
Setelah latihan individual dirasa
cukup, guru meminta salah seorang siswa mendialogkan gambar-gambar yang dibawa
di depan kelas.[9]
D. Permainan
Untuk Latihan Keterampilan Membaca (Qira’ah)
Keterampilan membaca (qira’ah)
memiliki dua aspek. Pertama, mengubah lambang tulis menjadi lambang bunyi, dan
kedua, menangkap seluruh situasi yang dilambangkan oleh lambang-lambang tulis
dan bunyi tersebut. Adapun inti dari pembelajaran keterampilan membaca
(qira’ah) terletak pada aspek yang kedua. Meskipun demikian, ini tidak berarti
bahwa keterampilan dalam aspek yang pertama menjadi tidak penting, justru
sebaliknya, keterampilan dalam aspek yang pertama merupakan dasar dari aspek
yang kedua. Satu hal yang perlu dipahami, secara umum, tujuan akhir dari
pembelajaran keterampilan membaca (qira’ah) adalah agar siswa memiliki keterampilan
membaca dan memahami teks-teks berbahasa Arab, bukan hanya teks yang sudah
dipelajarinya, namun juga teks-teks baru yang ditemuinya di kehidupan nyata.[10]
Berdasarkan tujuan keterampilan
membaca (qira’ah) tersebut di atas, maka permainan bahasa yang dapat digunakan
dalam pembelajaran keterampilan membaca (qira’ah) adalah seperti permainan
Cahaya Bertanya, Mengurutkan Cerita. Secara rinci prosedur dari
permainan-permainan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1.
Cahaya Bertanya
Tujuan : Melatih keterampilan siswa dalam
membaca cepat
Prosedur :
·
Guru menyiapkan beberapa pertanyaan
pada transparan/slide presentasi dan jawaban ditulis pada selembar kartu (tiap
jawaban ditulis pada 2 kartu).
·
Kelas dibagi menjadi 2 kelompok.
·
Guru membagikan 1 set kartu jawaban
pada tiap kelompok.
·
Guru memperlihatkan salah satu
pertanyaan melalui tayangan OHP/LCD secara cepat/sepintas.
·
Kedua kelompok diminta berlomba secara
cepat membaca pertanyaan tersebut, kemudian menemukan jawabannya pada kartu
jawaban yang mereka miliki.
·
Kelompok yang lebih dulu menemukan
jawaban dipersilakan membaca jawabannya dengan suara keras.
·
Jika jawaban yang dikemukakan salah,
maka hak membaca dialihkan pada kelompok yang lain.
Tujuan : Melatih kerjasama siswa dalam
membaca dan memahami suatu teks.
Prosedur :
·
Guru menyiapkan beberapa teks cerita
yang terdiri dari beberapa paragraf.
·
Tiap cerita dibagi menjadi empat bagian
(usahakan panjang teksnya setara). Selanjutnya, tiap cerita tersebut ditulis pada kartu yang
berbeda warna.
·
Kartu-kartu cerita tersebut
dibagikan kepada siswa.[11]
·
Setelah berkumpul sesuai dengan
warna kartu, siswa diminta untuk secara bergantian membaca isi potongan teks
dalam kartu masing-masing.
·
Setelah semua teks terbaca, siswa
diminta bekerja sama untuk mengurutkan potongan-potongan cerita yang mereka
baca.
·
Setelah potongan teks berhasil
disusun menjadi teks cerita yang utuh, siswa diminta untuk membaca cerita
tersebut secara keseluruhan.
·
Permainan dilanjutkan pada kelompok
lain yang memiliki warna kartu berbeda.[12]
E. Permainan
Untuk Latihan Keterampilan Menulis (Kitabah)
Sebagaimana halnya keterampilan
memabaca (qira’ah), keterampilan menulis (kitabah) juga mempunyai
dua aspek, namun dalam konteks yang berbeda. Aspek pertama dalam keterampilan
menulis (kitabah) adalah keterampilan membentuk huruf dan menguasai
ejaan, sedangkan aspek yang kedua adalah keterampilan mengungkapkan pikiran dan
perasaan melalui tulisan. Adapun inti dari keterampilan menulis (kitabah)
terletak pada aspek yang kedua. Oleh karena itu, latihan keterampilan menulis (kitabah)
juga harus disesuaikan dengan kedua aspek tersebut, yaitu dimulai dengan
melatih keterampilan siswa dalam membentuk huruf-huruf Arab, dan selanjutnya
melatih keterampilan siswa dalam mengungkapkan gagasan mereka melalui tulisan,
dengan tahapan-tahapan yang logis.[13]
Untuk latihan keterampilan menulis (kitabah)
ini, mengemukakan bahwa permainan bahasa yang dapat digunakan untuk melatih
keterampilan menulis (kitabah) siswa antara lain adalah permainan
Bertanya Dan Menjawab; Mencipta Kalimat; Mengisi Huruf Yang Hilang; Mengisi
Pesan Gambar; dan Satu Kata Modal. Adapun prosedur dari masing-masing permainan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bertanya
dan Menjawab
Tujuan : Mengembangkan keterampilan menulis
pertanyaan.
Prosedur :
·
Guru menyiapkan kartu kosong berukuran
3×7 cm sejumlah siswa, kemudian kelas dibagi menjadi 2 kelompok atau
kelipatannya (2, 4, 6, dst.) dengan 5 anggota tiap kelompok.
·
Guru membagikan kartu pada tiap anggota
kelompok.
·
Tiap anggota kelompok diminta membuat
satu pertanyaan mengenai teks pelajaran yang sedang dipelajari. Dengan
demikian, tiap kelompok membuat 5 pertanyaan.
·
Setelah selesai, kartu pertanyaan dari
tiap kelompok tersebut diberikan kepada kelompok lain secara silang, dan harus
dipastikan bahwa tiap anggota kelompok memperoleh satu pertanyaan.
·
Tiap anggota kelompok diminta untuk
membuat/menulis jawaban dari pertanyaan yang diperolehnya.
·
Guru mengajak siswa membahas setiap
pertanyaan dan jawaban dengan diawali dari pembacaaan oleh pemegang kartu. Setelah itu, siswa pemegang kartu
diminta untuk menulis pertanyaan dan jawabannya di papan tulis.[14]
2. Mencipta
Kalimat
Tujuan : Mengembangkan keterampilan membuat
kalimat.
Prosedur :
·
Guru menyiapkan kertas untuk seluruh
siswa yang berisi tulisan suatu kosa kata yang ditulis secara vertikal dalam
dalam dua lajur. Satu lajur ditulis dengan urutan ejaan yang benar, dan lajur
yang lain ditulis dengan urutan ejaan terbalik.
·
Guru membagikan kertas yang telah
disiapkan pada siswa.
·
Siswa diminta membuat kalimat yang
dimulai dengan huruf di sebelah kanan dan diakhiri dengan huruf di sebelah
kiri.
·
Setelah selesai, siswa diminta
membacakan kalimat yang berhasil mereka buat secara bergantian.
·
Jika memungkinkan, usahakan semua
siswa mendapat kesempatan untuk membacakan kalimatnya.
·
Siswa yang berhasil membuat kalimat
terpanjang, dialah pemenangnya.
3. Mengisi
Huruf Yang Hilang
Tujuan : Melatih keterampilan menulis huruf.
Prosedur :
·
Guru menulis satu kalimat lengkap
berulang-ulang ke bawah pada selembar kertas. Pada tiap kalimat (selain kalimat
pertama) ada huruf tertentu yang dihilangkan, yaitu huruf yang akan dilatihkan
Setelah siap, kertas tersebut digandakan sejumlah siswa.
·
Kertas berisi tulisan tersebut
kemudian dibagikan kepada siswa.
·
Guru meminta beberapa siswa membaca
kalimat pertama secara bergantian.
·
Semua siswa diminta melengkapi huruf
yang hilang dengan memperhatikan contoh pada kalimat pertama.
·
Setelah semua siswa selesai, guru
mengajak mereka untuk mengoreksi pekerjaan mereka dengan menunjukkan cara
melengkapi kalimat tersebut di papan tulis. Pada kesempatan ini, guru
mengajarkan bagaimana teknik penulisan huruf yang benar.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian serta pembahasan terhadap
pembelajaran bahasa arab berbasis yang ada, maka dari sini dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh para guru untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar bahasa
Arab adalah dengan memanfaatkan berbagai macam permainan kebahasaan.
2.
Dalam memanfaatkan permainan
kebahasaan tersebut, para guru perlu memperhatikan karakteristik materi
pelajaran agar dapat menentukan permainan kebahasaan yang tepat.
3.
Pemanfaatan permainan kebahasaan
dikelompokkan menjadi empat bagian sesuai dengan empat aspek pembelajaran
bahasa Arab, yaitu permainan kebahasaan untuk menunjang pembelajaran
keterampilan mendengar (istima’), permainan kebahasaan untuk menunjang
pembelajaran keterampilan berbicara (kalam), permainan kebahasaan untuk
menunjang pembelajaran keterampilan membaca (qiroah), dan permainan
kebahasaan untuk menunjang pembelajaran keterampilan menulis (kitabah).
DAFTAR PUSTAKA
Abdulmajid, S. 1981. Ta’limu
al-Lughah al-Hayyah wa Ta’limuha. Maktabah Lubnan.
Arsyad, Azhar. 1999. Bahasa Arab
dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asrori, Imam, 2009. Aneka
Permainan, Penyegar Pembelajaran Bahasa Arab. Surabaya: Hilal Pustaka.
Effendi, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Handoko, M. dan Riyanto, T.. 2006. Seratus
Permainan Penyegar Pertemuan. Yogyakarta : Kanisius.
Hidayat, Z.A. dan Tatang, S.M. 1980.
Permainan, Simulasi, Main Peran dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta : P3G
Depdikbud.
Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain,
Mainan, dan Permainan. Jakarta: Grasindo.
Zaenuddin, Radliyah, Metodologi Dan Strategi Alternative
Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group.
[2] . Arsyad,
Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar 1999), h 176.
[3] . Asrori, Imam,.Aneka Permainan,
Penyegar Pembelajaran Bahasa Arab. (Surabaya: Hilal Pustaka 2009), h 122.
[5] . Handoko,
M. dan Riyanto, T... Seratus Permainan Penyegar Pertemuan. (Yogyakarta :
Kanisius 2006), h 89.
[6] . Handoko,
M. dan Riyanto, T... Seratus Permainan Penyegar Pertemuan. (Yogyakarta :
Kanisius 2006), h 90.
[8] . Ibid., h 133
[9] . Handoko M dan Riyanto.,seratus permainan penyegar pertemuan (Yogyakarta Kanisius : 2006), h 95.
[10] . Hidayat, Z.A. dan Tatang, S.M..Permainan,
Simulasi, Main Peran dalam Pengajaran Bahasa. (Jakarta : P3G Depdikbud
1980), h 192
[13] . Hidayat,
Z.A. dan Tatang, S.M. 1980. Permainan, Simulasi, Main Peran dalam Pengajaran
Bahasa. Jakarta : P3G Depdikbud.
[14] .Zaenuddin,
Radliyah, Metodologi Dan Strategi Alternative Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Pustaka Rihlah Group 2007), h 154
[15] .Zaenuddin,
Radliyah, Metodologi Dan Strategi Alternative Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Pustaka Rihlah Group 2007), h 158
Tidak ada komentar:
Posting Komentar