PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu alat yang penting dalam mencapai
suatu pendidikan. Tanpa adanya suatu kurikulum yang baik dan tepat, maka akan
sulit dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang baik pula. Penerapan
kurikulum yang baru masih cenderung didasari banyak pertimbangan bahwa sekarang
dan masa depan terdapat banyak tuntutan
dan kebutuhan dari berbagai banyak aspek dalam kehidupan.
Perkembangan kurikulum bahasa Arab di masa lalu sangat erat
hubungannya dengan masalah peribadatan. Selain menjadi bahasa kitab suci bahasa
Arab memenuhi kebutuhan bagi umat muslim dalam menunaikan ibadah. Kurikulum
bahasa Arab di masa lalu hanya mengarahkan peserta didik agar pandai dalam
hukum Islam dan Tauhid, dalam pengajarannyapun
masih mengikuti pengajaran di zaman
Hindu.
Seiring dengan tuntututan zaman dan
perkembangan dalam dunia pendidikan, bahasa merupakan hal yang penting dalam bermasyarakat.
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar individu dengan individu lain. Dalam dunia pendidikan, bahasa Arab
cenderung lebih difahami di lembaga yang berbasis pondok pesantren untuk memahami kitab-kitab yang yang menggunakkan bahasa Arab. Dalam
sejarah perkembangannya hingga sekarang bahasa Arab menjadi kurikulum di
sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah sebagai penunjang mata pelajaran untuk
memahami pelajaran yang berbahasa Arab, sekaligus sebagai sarana ilmu pengetahuan
yang berkembang di era globalisasi.
Dengan demikian kurikulum yang ada
di madrasah atau pesantren perlu adanya perubahan agar tidak tertinggal dengan
sekolah-sekolah yang bernuansa Islam lainya. Dalam hai ini, maka perlu
diketahui sejarah perkembangan kurukulum khususnya dalam pembelajaran bahasa
Arab masa lalu hingga sekarang. Dalam makalah ini akan membahas tentang sejarah
perkembangan kurikulum bahasa Arab. Untuk lebih jelasnya, penulis akan membahas
pada pembahasan selanjutnya.
B.
Rumusan Masalah
1)
Bagaimanakah
Sejarah Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab?
2)
Bagaimana
Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab Madrasah (1984-2006)?
3)
Bagaimana
Proses Perubahan-Perubahan Kurikulum Perkembangan Bahasa Arab?
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab
Pengajaran bahasa Arab erat sekali
hubungannya dengan kurikulum sebab tanpa kurikulum yang memadai pengajaran akan
mengalami kegagalan minimal kurang berhasil. Kurikulum dan pengajaran sangat
erat yang keduanya bagaikan jiwa dengan jasmani.[1]
Telah diketahui bahwa kurikulum
adalah sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus dikuasai untuk mencapai
suatu tingkat pendidikan. Hal ini ternyata tidak berjalan secara statis,
melainkan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Karena itulah kita
perlu melihat sejarah kurikulum masa lalu hingga masa sekarang. Berkaitan
dengan itu, bukti telah memperlihatkan bahwa sejarah pendidikanlah yang membuktikan
dan menjelaskan kepada kita sistem dan bahan-bahan pendidikan pada tiap bangsa
dan tiap masa, serta memperlihatkan perkembangan dan pertumbuhan bangsa itu
sejak lahirnya hingga masa sekarang.[2]
Agama Islam masuk di Indonesia sejak
tahun 1416 khususnya di tanah Jawa. Untuk penyebaran agama Islam didirikanlah
lembaga-lembaga pendidikan berupa pondok pesantren. Ilmu-ilmu umum pada mulanya
jarang diajarkan walaupun telah diajarkan bahasa Arab sebagai kunci ilmu
pengetahuan agama kala itu. Peluasan penyajian, pengajaran dan corak
pengetahuan yang diberikan kepada para santri amat tergantung pada kyai, guru
dan kecakapan mereka. Perkembangan selanjutnya dalam mengembangkan pesantren
tampak ada kemajuan, para kyai atau guru berfikiran modern sebagai kemajuan dapat
dicapai. Pada masa lalu mempelajari bahasa Arab kurikulum hanya berisi mengeja
dan membaca Al-Qur’an, taraf selanjutnya menggunakan alat-alat bantu misalnya
papan tulis, bangku dan sebagainya, sekarang ditambah alat-alat modern. Pada
tingkat rendah pelajaran diberikan secara perseorangan. Caranya santri maju
kehadapan guru seorang demi seorang, ia membaca salah satu kalimat lalu
diterjemahkan. Disamping itu kalimat tersebut juga dijelaskan maksud yang ada
di dalamnya. Demikian juga nahwu dan sharaf disinggung sehingga
siswa dapat memahami dari segala segi baik isi maupun tata bahasa. Santri
menyimak kitab dengan memberi tanda-tanda pada setiap kalimat yang baru
diterangkan. Pekerjaan tersebut dinamakan ngesahi artinya guru telah
menganggap sah terhadap buku atau kitab yang telah diajarkan kepada murid dan
ia telah menerimanya. Sesuatu ilmu belum dianggap sempurna jika belum
digurukan. Dengan demikian jika terdapat seseorang mengamalkan ilmu tanpa
mendapat keterangan dari yang lebih pandai hal tersebut dikhawatirkan
pengalamannya tidak tepat dan sesuai dengan aturan syar’i, sebab kitab-kitab
pada umumnya menggunakan bahasa Arab yang memungkinkan sekali akan terjatuh ke
dalam misunderstanding. Dalam hal ini guru mempunyai hak untuk
mengesahkan atau tidaknya suatu ilmu.[3]
1.
Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab dan Bentuknya
Kurikulum
pengajaran bahasa Arab mempunyai keterkaitan erat dengan kebutuhan beribadat kepada
Tuhan khususnya untuk menjalankan rukun Islam yang kedua ialah salat di mana
do’a dan ucapannya adalah dengan bahasa Arab. Sepanjang sejarah diketahui bahwa
orang Islam dalam bersembahyang menggunakan bahasa tersebut dan tidak sah jika
diucapkan dengan bahasa bukan Arab. Kala itu buku-buku fiqh menggunakan bahasa
Arab dan mendominasi di antara berbagai buku-buku lain. Sudah sepantasnya jika
kurikulum pengajaran bahasa Arab saat itu untuk mengarahkan anak tahu dan mahir
di bidang hukum Islam dan Tauhid. Di samping fungsinya untuk mendidik siswa
agar bisa beribadat dilihat dari aspek bentuk pengajaran bahasa Arab kala itu
merupakan bentuk pertama yakni pengajian seperti yang tampak di surau-surau
atau masjid-masjid yang ada sekarang ini atau di rumah kyai-kyai di mana yang diajarkan adalah bagian dari Al-Qur’an.
Hal itu menjadikan mudah penghafalannya sebab surat-surat tersebut sering
dibaca dalam salat. Bentuk pengajaran bahasa Arab ini merupakan bentuk tertua
dan pertama kali.
Bentuk
pengajaran yang kedua dari pelaksanaan pengembangan kurikulum bahasa Arab erat
kaitannya dengan pelajaran agama Islam yang diberikan kepada para pemuda yang
mengidamkan pengetahuan agama Islam pada tingkat yang lebih tinggi yakni dalam
pesantren-pesantren yang dipimpin oleh kyai meliputi berbagai ilmu antara lain fiqih,
‘Aqaid, Hadis, Tafsir serta ilmu-ilmu bahasa Arab misalnya Nahwu,
Sharaf, Balaghah, ‘Arud, dan sebagainya.[4]
2.
Materi Pelajaran Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya
Materi
yang diajarkan merupakan materi yang sudah bersifat tradisional yakni ilmu
agama Islam. Di samping itu diajarkan alat-alat bahasa antara lain Nahwu,
Shorof, Mahfudzat, Nusus, Tarikh al-adabi, Qawa’id al-I’lal. Ilmu
pengetahuan agama diajarkan Fiqih pada prinsipnya mengajarkan bagaimana
cara menjalankan hukum Islam dan berapa tradisi agama yang berlaku misalnya
membagi waris, mengubur mayat, membahas nikah dan sebagainya. Fiqih di
samping membahas masalah hubungan manusia dengan Tuhan juga mu’amalat yakni
hubungan sesama manusia termasuk etika.
‘Aqaid pada prinsipnya membahas rukun iman (kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa) beserta hal-hal lain yang ada hubungannya dengan tauhid,
misalnya batas-batas kafir, musyrik, dan sebagainya. Secara garis besar ‘Aqaid
terdiri dari tiga prinsip ialah Iman, Islam, dan Ihsan. Iman memilki enam
rukun, Islam lima rukun, dan Ihsan ialah menyembah Tuhan seolah-olah orang yang
menyembah melihat Dia dan jika tidak ia harus yakin bahwa Dia melihatnya.
Bentuk yang kedua (pesantren) tentang
pengajaran bahasa Arab adalah sama dengan bentuk yang pertama (pengajaran di
surau) yakni guru membaca secara nyaring ketika mengajarkan Al-Qur’an atas
beberapa potong ayat kemudian meminta kepada para murid untuk menirukan apa
yang telah dibacanya secara bersama-sama. Setelah itu masing-masing mereka
diminta untuk membaca sendiri-sendiri sebagai latihan dan selanjutnya secara
bergilir murid satu per satu maju kepada guru untuk memperdengarkan bacaanya. Apabila
murid belum betul bacaanya, guru membetulkannya dan meminta kepadanya untuk
mengulangi sampai betul. Jika guru telah yakin benar akan betulnya bacaan para
murid guru membenarkan materi
selanjutnya dengan cara murid mundur terlebih dahulu berganti dengan
murid yang lain untuk maju ke depan, demikan seterusnya. Bentuk pertama disebut
pengajaran Al-Qur’an dengan cara mengaji Al-Qur’an, sedangkan bentuk yang kedua
(pesantren) yakni pengajaran bahasa Arab melalui kitab-kitab berbahasa Arab
berisi pelajaran agama Islam.[5]
3.
Kurikulum Perkembangan Bahasa Arab
Dari
satu pelajaran ke mata pelajaran yang lain tidak ada perbedaan. Cara
penyampaiannya guru membaca dan mengalih bahasakan ke dalam bahasa daerah dari
kalimat ke kalimat dan murid mencatat tarjamah ke dalam bahasa daerah pula.
Dalam pesantren tidak ada pembagian kelas walaupun demikian ada pembagian
tingkat pelajaran yang diberikan. Misalnya pada pelajaran gramatika di sana ada
buku untuk tingkat awal yaitu Al-Jurumiyah selanjutnya ‘Umruti
dan terakhir Alfiyyah. Demikian pula Fiqih terdapat berbagai
kitab yang diajarkan dan merupakan tingkatan pelajaran. Pada tingkat pertama
biasanya diajarkan kitab Fiqih bernama Sullam al-najah atau Sullam
al-Taufiq, tingkat berikutnya Fath al-Mu’in kemudian terakhir kitab al-asybah
wa al-Nazair.
Dalam pelajaran Hadis diajarkan kitab
al-Arba’in al-Nawawiyyah Tajrid al-Sarih dan pada tingkatan terakhir
diajarkan Sahih Maslim Bukhari. Untuk pelajaran Tafsir diajarkan al-Jalalain.
Dalam pengajaran tafsir ini seolah-olah tidak mengenal tingkatan karena untuk
menyelesaikan satu kitab secara menyeluruh memerlukan waktu yang lama dan
bertahun-tahun. Pada pelajaran Balaghah (sastra bahasa Arab) menggunakan kitab Jawahir
Maknun kemudian dilanjutkan Jawahir al-Balaghah.
Jika
diperhatikan secara seksama bahwa kurikulum pengajaran bahasa Arab
ditinjau dari segi historis adalah mengikuti kurikulum pengajaran di zaman
kerajaan Hindu. Kemudian fungsi kyai merupakan ganti para Empu yang merata di
seluruh tanah Jawa, Sumatera,Kalimantan dan Sulawesi bahkan Thailand, Pilipina
dan Malaysia. Pengajaran bahasa Arab pada bentuk pertama (pengajian di surau)
hanya sampai penguasaan bacaan Al-Qur’an tanpa arti sekarang tampak dalam
bentuk Taman Pendidikan Al-Qur’an yang tersebar di seluruh tanah air.
Sistem
pesantren setelah mengalami kemerdekaan mengalami perkembangan berupa
sekolah-sekolah Agama maupun maupun mu’alimin tetapi menurut perkembangan
kurikulum mengalami penyusutan mengingat kebutuhan dan pertimbangan
lain.walaupun demikian pesantren tetap berjalan secara tradisional untuk
mempertahankan kualitas di bidang bahasa Arab.
Perkembangan
bahasa Arab sekitar tahun 1970 masih dalam bentuk partial yaitu dalam
pendidikan atau sekolah agama masih ada pelajaran Nahwu, Sharaf, Mutha’laah
yang berdiri sendiri kemudian disatukan dengan nama pelajaran bahasa Arab.
Bentuk pertama dan kedua pengajaran
bahasa Arab adalah merupakan sistem tertua di Indonesia. Kedua bentuk tersebut
bukan merupakan belajar bahasa Arab secara langsung. Tujuan yang pertama hanya
agar anak hanya bisa membaca Al-Qur’an sedangkan bentuk yang kedua bertujuan
untuk memahami ajaran agama Islam. Oleh itu pengetahuan bahasa mereka mengenai
bahasa Arab sangat pasif. Mereka belajar bahasa Arab bukan bertujuan agar
mereka bisa berbicara dengan bahasa tersebut melainkan agar bisa memahami apa
yang terdapat dalam kitab-kitab.
Pada bentuk pertama paling tinggi
anak agar hafal beberapa surat Al-Qur’an tanpa memahami arti yang terkandung di
dalamnya. Sedangkan dalam bentuk kedua murid tidak mempunyai kemampuan
mengungkapkan ucapan atau mengemukakan maksud dengan bahasa Arab. Dengan
demikian mereka pasif dalam bahasa tersebut. Kadangkala hanya bisa membaca
kitab-kitab yang telah diajarkan oleh kyai dalam pondok pesantern.
Bahasa Arab pada dasarnya tidak
menggunakan harakat, sehingga sulit dibaca. Jika ada harakat adalah merupakan
tambahan yang menjadikan mudah dibaca oleh siapapun. Kalimat-kalimat bahasa
Arab tanpa bahasa Arab dinamakan kitab atau buku gundul yang hanya bisa dibaca
oleh murid-murid tamatan bentuk kedua. Sedangkan tamatan murid dalam bentuk
pertama hanya bisa membaca yang harakat saja. Orang yang faham bahasa Arab
dapat dipastikan bisa membaca kalimat-kalimat gundul dan dapat memahaminya
dengan baik.
Agar bisa belajar bahasa Arab secara
efektif banyak pemuda-pemuda Nusantara
pergi ke Tanah Suci Makkah untuk belajar bahasa Arab secara langsung. Dengan
demikian ilmu yang mereka miliki khususnya tentang bahasa Arab amat mendalam. [6]
4.
Efektifitas Kurikulum Pengajaran bahasa Arab
Pemuda
yang menamatkan pelajaran di Timur Tengah sepulang mereka ke tanah air mereka
mengajarkan bahasa Arab kepada para murid langsung menghindarkan terjemah.
Mereka dibuatnya seakan-akan bergerak di tanah Arab. Pengajaran demikian adalah
bentuk ketiga terdapat dalam sekolah-sekolah gaya baru misalnya Pondok Modern
Gontor di mana para santri diajak langsung bicara dengan bahasa Arab dan
sekolah-sekolah lainnya misalnya Madrasah Diniyah Sumatra Barat dan di Normal
Islam Amuntai.
Cara
mengajarkan bahasa Arab demikian dinamakan al-Thariqah al-Mubasyarah mereka
diajak langsung berbicara. Para kyai muda menggunakan cara tersebut karena
mereka beranggapan bahwa cara tersebut akan membawa kesuksesan besar dan ini
telah diakui oleh para pakar pengajar bahasa Arab dari berbagai kawasan dunia
Islam.
Ditinjau dari tujuan aktif bentuk pertama dan kedua yakni kemampuan siswa
untuk mengungkapkan dengan bahasa lisan tidak menguntungkan. Sudah sepantasnya
jika bentuk yang ketiga muncul dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan
ke-Islaman dengan cepat. Kurikulum baru dimunculkan, yang lama dirombak dan
diadakan perbaikan dan penambahan secara komprehensif di berbagai sisi.
Di kelas-kelas yang tinggi pengantar
bahasa yang digunakan adalah dengan bahasa Arab baik yang berupa ilmu-ilmu yang
menyangkut masalah bahasa maupun pengetahuan keagamaan. Oleh karenanya dalam
jangka waktu enam tahun alumni tamatan sekolah atau pondok modern mampu
menyerap buku-buku berbahasa Arab dan mengetahui segala subjek pelajaran agama
langsung pada sembernya.[7]
5.
Kurikulum Bahasa Arab Modern
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang
disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat,
nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para
ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat
pendidikan dan lain-lain. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman
kepada para pelaksana pendidikan dalam proses pembimbingan perkembangan siswa
sendiri, keluarga, maupun masyarakat.[8]
Seorang tokoh Pengajaran bahasa Arab
Modern K.H Zarkasyi pendiri Pondok Modern Gontor Ponorogo pernah belajar di
sekolah Arab Al-Irsyad Solo, kemudian meneruskan di Normal Islam Padangpanjang
Sumatra Barat, berguru kepada para pakar bahasa Arab yang mengajar di sanalah
Prof. Dr. H. Muhtar Yahya, Prof. H. Mahmud Yunus dan Al-Ustaz Kasim Bakri
mereka semuanya adalah alumni Universitas Kairo (Dar al-‘Ulum). Dalam
dada kyai Zarkasyi mewarisi semangat berkobar mengembangkan ruh Pengajaran
bahasa Arab dari mereka sehingga mewujudkan suatu lembaga yang amat unik ialah
Pondok Modern Gontor Ponorogo yang merupakan satu satunya lembaga paling sukses
mendidik para santri untuk memahami dan berekspresi dengan pendidikan gaya
modern. Dari kurikulum pendidikan dan metodenya melahirkan sistem baru yang
belum pernah ada pada angkatan generasi sebelumnya. Kurikulum yang ia terapkan
melahirkan bentuk baru sebagai bentuk ketiga dari bentuk yang pertama dan
bentuk yang kedua yang sudah dituturkan diatas. Bentuk keempat muncul ialah all
function dilihat dari segi fungsi dan kegunaan dengan tidak hanya sekedar
untuk memperdalam pengetahuan bahasa dan agama melainkan jauh melangkah ke
depan yakni berkomunikasi dengan dunia internasional dalam era globalisasi
dengan segala aspeknya. Bahasa Arab dalam bentuk pengajaran pada tahap yang
keempat ini menggunakan bahan materi pelajaran dalam cakupan luas misalnya
tentang al-‘Alam al-islami, al-Zarrah a-Nawawiyah, al-Intikhab al-‘ammah,
al-Kasysyaf, al-Jami’ah dan sebagainya. Bentuk terakhir ini telah diterapkan
di berbagai sekolah-sekolah agama, pesantren-pesantren, madrasah-madrasah,
bahkan di sekolah-sekolah umum, IAIN, MAN PK, dan sebagainya.[9]
Bentuk pengajaran bahasa Arab yang
keempat adalah bentuk pengajaran bahasa Arab yang terdapat yang terdapat di lembagaa
pendidikan formal di dalam hal ini di madrasah-madrasah atau sekolah-sekolah
umum. Dalam hal ini bahwa bentuk pengajaran sebagai bentuk yang tidak menentu,
ketidaktentuan dilihat dari berbagai segi: (1) dari segi tujuan, terdapat
kerancauan antara mempelajari bahasa Arab sebagai tujuan untuk menguasai
kemahiran berbahasa, atau mempelajari bahasa Arab sebagai alat untuk menguasai
pengetahuan lain yang menggunakan wahana bahasa Arab.(2) Dari segi jenis bahasa
yang dipelajari terdapat ketidak menentuan
apakah bahasa Arab klasik, bahasa Arab modern ataukah bahasa Arab
sehari-hari.(3) dari segi metode ada yang mempertahankan metode lama ada pula
yang menggunakan metode baru. Dalam buku pedoman PBA versi Departemen Agama
direkomondasikan hal-hal sebagai berikut:untuk tingkat dasar, digunakan
pendekatan Aural-oral dan Integrated-system, dengan metode Mimicry-memorization
dan patern-practice. Untuk tingkat menengah, sama dengan tingkat dasar
disamping pendekatan polysystemic. Untuk tingkat lanjut menggunakan
metode langsung dan geamatika-terjemah.[10]
Pendekatan Aural-oral untuk tingkat
dasar dan menengah ini berdasarkan kurikulum tahun 70 an berlanjut sampai
kurikulum 1984. Berbagai bentuk pengajaran yang telah diuraikan di atas, masih
tetap berlaku sampai saat ini dengan berbagai inovasi dan modifikasi, dan
perkembangannya tersendiri. Pada awal abad ke-21 pengajaran bahasa Arab di
Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pembelajaran bahasa
Arab di madrasah-madrasah pada tahun 2003 mulai menggunakan metode “Active
Learning dengan pendekatan Jigsaw, metode pengumpulan informasi,
metode analisis dan metode praktik”. Demikian juga pembelajaran bahasa Arab di
sekolah umum mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Sejak
diberlakukannya “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006/2007”
bahasa Arab telah diajarkan di berbagai SMA di tanah air. Tidak hanya terbatas
jurusan bahasa tetapi untuk semua kelas (X, XI, XII) dan semua jurusan, bahasa
Arab dimasukkan sebagai muatan lokal untuk mata pelajaran ketrampilan.[11]
Pembelajaran bahasa modern adalah
pembelajaran yang memandang bahwa sarana atau media untuk mempelajari
aspek-aspek kebudayaan. Bahasa adalah sarana kehidupan sosial kemasyarakatan
yang mengantarkan seseorang mampu berkomunikasi dengan komunitas bahasa
tersebut. Kurikulum pada pembelajaran bahasa Arab modern harus lebih fokus pada
praktek dengan mengembleng agar mampu menguasai empat ketrampilan bahasa Arab,
yaitu ketrampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Yang mendasari
pemikiran pembelajaran modern ini ada dua hal[12],
yaitu:
1)
Bahasa
adalah sarana bermasyarakat agar saling memahami terhadap sesama.
2)
Bahasa
harus diajarkan berdasar fungsi dan peranannya dalam kehidupan, sehingga mampu
menyadari bahwa ia sedang mempelajari
sesuatu yang ia butuhkan dalam kehidupan.
Secara garis besar pengajaran bahasa Arab
mempunyai empat bentuk[13]:
1)
Pengajaran
bahasa Arab dalam bentuk mengaji baca al-Qur’an dengan menggunakan metode guru,
membaca, murid meniru.
2)
Membaca kitab kuning untuk memahami syariat
dan pelaksanaanya dengan metode guru
memerjemah murid mencatat ngasahi (jawa).
3)
Betuk
mengaji dalam sistem pondok modern dengan metode mubasyarah (direct
speech), bertujuan menguasai bahasa Arab dan tidak terbatas pada ilmu-ilmu
agama. Bentuknya mirip dengan sistem sekolah tetapi tidak mutlak.
4)
Bentuk
pendidikan sekolah dengan tujuan berkomunikasi dengan dunia luar dalam era
globalisasi (all fundation).
B.
Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab di Madrasah (1984-2006)
kurikulum
madrasah perlu dikembangkan secara terpadu, dengan menjadikan ajaran dan
nilai-nilai Islam sebagai petunjuk dan sumber konsultasi bagi perkembangan
berbagai mata pelajaran. Dalam konteks pendidikan madrasah, maka kurikulum atau
program pendidikannya perlu dirancang dan diarahkan untuk membantu, membimbing
dan melatih serta mengajar dan atau menciptakan suasana agar para peserta didik
dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas.[14]
1) Perkembangan
Kurikulum Bahasa Arab Madrasah Aliyah (MA) 1984
Pelajaran bahasa Arab
merupakan program inti pada kurikulum 1984 di antara dua program yang ada, di
samping itu, pelajaran bahasa Arab diberikan mulai mulai kelas I sampai kelas
III. Mengingat GBPP MA disesuaikan dengan mata pelajaran umum di SMA pada
bidang mata pelajaran umum, maka pelajaran bahasa Arab diajarkan sesuai dengan
kebutuhan.
Dalam buku kurikulum MA,
disebutkan bahwa program pengajaran bahasa Arab di MA berfungsi ganda, sebagai
bahasa ilmu pengetahuan dan alat komunikasi. Adapun tujuan yang dijadikan
target dalam pengajaran bahasa Arab untuk MA tahun 1984 adalah untuk
mengembalikan pengajaran bahasa Arab
kepada fungsi komunikasi yaitu murid mampu mengunakan bahasa yang telah
dipelajarinya sebagai alat komunikasi. [15]
2) Perkembangan
Kurikulum Bahasa Arab Madrasah Aliyah (MA) 1994.
Pelajaran bahasa Arab
yang diajarkan di MA berfungsi ganda, yakni sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan
alat komunikasi serta sebagai bahasa
agama dan ibadah mahdah. Oleh karena itu, bahasa Arab di MA tidak terpisahkan
dari bidang studi yang mempergunakan bahasa Arab, misalnya al-Qur’an, hadist,
tafsir, akhlak dan lain-lain.[16]
3) Perkembangan
Kurikulum Bahasa Arab Madrasah Aliyah (MA) Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK)
Bahasa Arab merupakan
mata pelajaran yang mengembangkan ketrampilan komunikasi lisan dan tulisan
untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta
mengembangkan ilmu pengetahuan umum, dan
sosial budaya. Bahasa Arab yang diajarkan di madrasah berfungsi sebagai bahasa
agama dan ilmu pengetahuan, di samping alat komunikasi serta alat pengembangan
diri peserta didik dalam bidang komunikasi dan ilmu pengetahuan. Dengan
demikian mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang cerdas, terampil,
serta berkepribadian luhur dan siap mengambil bagian dalam pembangunan
nasional.
Rumusan kompetensi dalam
KBK merupakan tentang apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau
dilakukan oleh sisiwa dalam setiap tingkatan
kelas dan sekolah, yang sekaligus yang menggambarkan kemajuan siswa yang
dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten. Dengan
demikian, dapatlah ditegaskan bahwa KBK memiliki ciri-ciri: menekankan pada ketercapaian pada kompetensi
siswa, baik secara individual maupun klasikal; berorientasi pada hasil belajar
dan keberagaman; penyampaian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi; sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainya yang memenuhi unsur
edukatif; dan penilaian penekanan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
dalam penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.[17]
KBK yang dikembangkan
Depdiknas merupakan kerangka inti yang memiliki empat kompenen:(a) Kurikulum
dan Hasil Belajar, (2) Penilaian Berbasis Kelas, (c) Kegiatan Belajar Mengajar,
(d) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah. Keempat kompenen KBK ini merupakan
satu kesatuan yang utuh karena dalam praktiknya kompenen-kompenen ini saling
menunjang.[18]
4) Perkembangan
Kurikulum Bahasa Arab Madrasah Aliyah (MA) Kurikulum 2006 atau Kurikukum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Mata pelajaran bahasa
Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing,
mengembangkan dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa
Arab, baik reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk
memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu
kemampuan menggunankan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun
tulisan. Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab
tersebut sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam, yaitu
Al-Qur’an dan Hadist, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenan dengan
Islam bagi peserta didik.
Untuk itu, bahasa Arab
di MA dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa yang mencakup
empat ketrampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Dengan kata lain, pada tingkat pendidikan
menengah (intermidiate), keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara
seimbang pada tingkat pendidikan lanjut (advanced) dikonsentrasikan pada
kecakapan membaca dan menulis, sehingga peserta didik mampu mengakses berbagai
reverensi bahasa Arab.
Titik fokus perkembangkan
bahasa Arab pada kurikulum KTSP adalah sebagaimana telah diuraikan pada bagian
sebelumnya, gimana kurukulum bahasa Arab tersebut memberikan penekanan pada
implementasi pada kehidupan dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan
perkempangan IPTEK. Mengingat penyusunan KTSP diserahkan kepada satuan
pendidikan, maka dapat diasumsikan bahwa guru, kepala madrasah, dan komite
madrasah harus bekerja sama secara sinergis, karena mereka terlibat secara
langsung dalam proses penyusunannya. Dengan demikian, guru sebagai pelaksana
kurukulum dalam pembelajaran dan penilaian di kelas memahami betul apa yang
harus dilakukan terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang
terjadi di madrasahnya.[19]
Oleh karenanya ada perubahan-perubahan dalam sistem kurikulum yang tertera
sebagai berikut:
C.
Perubahan-Perubahan Kurikulum Pengembangan Bahasa Arab
KBK
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar, serta pemberdayaan sumber daya pendidikan. Bahasan tersebut
menyiratkan bahwa KBK dikembangkan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh
kompetensi dan kecerdasan yang mumpuni dalam membangun identitas budaya dan
bangsanya. Melalui penerapan KBK tamatan diharapkan memiliki kompetensi atau
kemampuan akademik yang baik, ketrampilan untuk menunjang hidup yang memadai,
pengembangan moral yang terpuji, pembentukan karakter yang kuat, kebiasaan
hidup yang sehat, bekerja sama yang kompak, dan apresiasi estetika yang tinggi
terhadap dunia sekitar. Berbagai kompetensi ters ebut harus berkembang secara harmonis dan berimbang.
Sementara itu, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan atau sekolah.[20]
Dengan berkembangnya kurikulum untuk
menghadapi sesuai tantangan zaman maka
perlu adanya perubahan-perubahan dan pengembangan kurikulum untuk memiliki visi
dan arah yang jelas yaitu perubahan kurikulum 2013. Begitupun dengan kurikulum
bahasa Arab Sejak perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 telah muncul
berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik yang pro maupun yang kontra.
Mendikbud mengungkapkan bahwa perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan persoalan
yang sangat penting, karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan
tuntutan zaman. Perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 didorong
oleh beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik
Indonesia dalam kancah internasional. Perlunya perubahan kurikulum juga karena
adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 antara lain: (1) isi
dan pesan kurikulum masih terlalu padat, (2) kurukulum belum mengembangkan
kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan
nasional,(3) kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan
sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global, (4) Standar
pembelajaran belum mengambarkan urutan pelajaran yang rinci, (5) penilaian
belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas
memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.[21]
KESIMPULAN
Salah
satu kelemahan mendasar sistem pengajaran bahasa Arab adalah lemahnya
kurikulum pengajaran yang diterapkan.
Dalam segala bentuk dan aspeknya, terutama visi dan metodologi dan
pengajarannya, kurikulum yang pada umumnya mengajarkan bahasa Arab dengan
menggunakan orientasi secara tradisional atau sorogan, yaitu untuk memenuhi
tujuan-tujuan keagamaan. Pada masa sekarang ini, sistem pengajaran dengan
orientasi tradisional tidaklah relevan, oleh karena itu harus mempunyai
perubahan. Bahasa Arab sebagai bahasa internasional tidak lagi hanya berfungsi
sebagai bahasa Agama akan tetapi sebagai bahasa komunikasi dan pengetahuan.
Bahasa
Arab tidak hanya dikuasai secara pasif tetapi dikuasai secara komunikatif dalam
pengertian yang lebih luas, baik secara lisan
maupun tulisan. Maka dari itu, pengembangan kurikulum yang mendukung
sistem pengajaran bahasa Arab yang lebih modern menjadi sebuah keharusan.
Kurikulum pada pembelajaran bahasa Arab modern harus lebih fokus pada praktek
dengan mengembleng agar mampu menguasai empat ketrampilan bahasa Arab, yaitu
ketrampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis, untuk bersaing dalam
ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Kurikulum
terus mengalami perubahan. Perubahan tersebut terus berkembang untuk memiliki
visi dan arah yang jelas, karena muncul berbagai tanggapan dari berbagai
kalangan, baik yang pro maupun yang kontra. Mendikbud mengungkapkan bahwa
perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan persoalan yang sangat penting,
karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. Pengembangan
Kurikulum. Bandung:Pustaka Setia,1998.
Ahmadi. Manajemen Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup.Yogyakarta:
Pustaka Ifada,2013.
Fachrudin. Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab.
Yogyakarta:Global Pustaka Utama,2006.
Fitri Nursalam, Yufridal. Bahasa
Arab Sejarah, Perkembangan, Keistimewaan, dan Urgensi Mempelajarinya.Ponorogo:
STAIN Press,2011.
Mulyasa. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
2013,. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015.
Muna,Wa. Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab.Yogyakarta: Teras,2011.
Muslich, Masnur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara,2009.
Sukmadinata, Nana Syaodia. Pengembangan Kurikulum Teori Dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya,1997.
Ulin Nuha dan Nur Sholeh. Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab.
Yogyakarta: Diva Press,2003.
[1] Fachrudin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2006), 5
[2] Ahmad, Pengembangan
Kurikulum, (Bandung:Pustaka Setia,1998), 79
[3] Fachrudin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, 5-6
[4] Fachrudin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab,6-7
[5]
Fachrudin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab,7-9
[6] Fachrudin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab,9-12
[7] Fachrudin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab,12-13
[8] Nana Syaodia
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), 150
[9]
Fachrudin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, 13-14
[10]
Wa Muna, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Teras, 2011), 22-23
[11]
Wa Muna, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, 23-24
[12] Yufridal Fitri
Nursalam, Bahasa Arab Sejarah, Perkembangan, Keistimewaan, dan Urgensi
Mempelajarinya, (Ponorogo: STAIN Press, 2011), 53
[13]
Fachrudin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab,14-15
[14] Ahmadi,Manajemen
Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup, (Yogyakarta: Pustaka
Ifada,2013),175-176
[15]Nur Sholeh dan
Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, (Yogyakarta: Diva Press,
2003), 77-78
[16] Nur Sholeh dan
Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, 98
[17]
Nur Sholeh dan
Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, 123-125
[18] Masnur
Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 23
[19] Nur Sholeh dan
Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, 161-163
[20] Masnur
Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,17
[21]Mulyasa, Pengembangan
dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 59-61
Tidak ada komentar:
Posting Komentar